Tarif Royalti Nikel Mengalami Peningkatan, Vale Indonesia (INCO) Mempersiapkan Langkah-langkah Antisipatif

Sabtu, 19 Apr 2025

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyatakan bahwa kebijakan penyesuaian tarif royalti untuk mineral dan batu bara dapat berdampak pada keberlangsungan bisnis perusahaan. Sebagai produsen nikel, INCO telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak dari kenaikan tarif royalti tersebut.

Sebagai informasi, pemerintah baru saja mengeluarkan dua regulasi yang mengatur penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM), khususnya mengenai tarif terbaru untuk komoditas minerba.

Regulasi pertama adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/2025 yang mengatur Perlakuan Perpajakan dan/atau PNBP pada Kegiatan Usaha Pertambangan Batubara, yang merupakan revisi dari PP No. 15/2022.

Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan PP No. 19/2025 yang mengatur Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku di Kementerian ESDM.

Sebagai contoh, tarif royalti untuk komoditas bijih nikel mengalami kenaikan dari 10% menjadi 14% hingga 19%. Sementara itu, tarif royalti untuk bijih nikel dengan kadar Ni <1,5% tetap di angka 2%. Tarif royalti untuk nikel pig iron (NPI) berubah dari 5% menjadi 5% hingga 7%, nikel matte naik dari 2% menjadi 3,5% hingga 5,50%, dan feronikel meningkat dari 2% menjadi 4% hingga 6%.

Bernardus Irmanto, Chief Sustainability and Corp Affairs Officer Vale Indonesia, menyatakan bahwa INCO menghormati setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk penyesuaian tarif royalti minerba.

Manajemen INCO melihat kebijakan ini sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor sumber daya alam, serta memastikan kontribusi sektor pertambangan terhadap pembangunan nasional tetap berkelanjutan.

Kenaikan tarif royalti ini tentunya akan mempengaruhi struktur biaya operasional INCO. Namun, INCO terus melakukan kajian internal untuk memastikan bahwa dampak tersebut dapat diminimalkan melalui berbagai inisiatif efisiensi, peningkatan produktivitas, dan optimalisasi proses bisnis.

Kami akan terus berupaya meningkatkan keandalan dalam operasi dan manajemen biaya agar tetap dapat bersaing di tengah perubahan eksternal, ungkap Bernardus.

Ia menambahkan bahwa produksi nikel akan dioptimalkan oleh INCO sesuai dengan kapasitas yang ada dan kondisi pasar, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan keberlanjutan. Setiap langkah strategis yang diambil oleh INCO dirancang untuk menjaga keseimbangan antara pencapaian target kinerja dan pemenuhan kewajiban kepada negara serta pemangku kepentingan lainnya.

Sebagai informasi, pada tahun 2024, pendapatan INCO mengalami penurunan sebesar 22,87% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi US$ 950,38 juta. Laba bersih perusahaan ini juga turun 78,94% dibandingkan tahun lalu, menjadi US$ 57,76 juta.

Dari segi operasional, volume produksi dan penjualan nikel matte INCO menunjukkan pertumbuhan yang terbatas. Produksi nikel matte meningkat sebesar 0,82% dibandingkan tahun lalu, mencapai 71.311 metrik ton pada tahun 2024. Realisasi produksi ini melebihi target tahunan perusahaan yang ditetapkan sebesar 70.805 metrik ton.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.