CNBC Indonesia/Faisal Rahman

Melati Sarnita: Di Balik Kekuatan Industri Pertambangan, Terdapat Perempuan Yang Luar Biasa

Senin, 26 Mei 2025

Di tengah transformasi besar-besaran sektor pertambangan menuju hilirisasi dan praktik berkelanjutan, kehadiran perempuan Indonesia mulai menunjukkan dampak yang signifikan. Nama Melati Sarnita menjadi salah satu dari sekian Srikandi dalam sektor pertambangan Tanah Air.

Sektor pertambangan identik dengan karakteristik industri yang memerlukan tenaga fisik yang kuat, serta lingkungan kerja yang sering dianggap keras dan menantang.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan dan galian hanya mencapai 10% dari total.

Jumlah yang tidak kontras ini sering menimbulkan stereotip bahwa perempuan menghadapi diskriminasi, kesulitan dalam promosi, dan tekanan untuk membuktikan diri. Stereotip ini juga mempengaruhi persepsi perempuan terhadap diri mereka sendiri dan kemampuan yang dimiliki.

Stereotip tersebut dibantah oleh Direktur Pengembangan Usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Melati Sarnita.

Menurutnya, adanya stereotip semacam itu sebaiknya diabaikan. Dia menegaskan bahwa tempat kerja memberikan persyaratan yang sama antara laki-laki dan perempuan.

"Saya lebih fokus pada bagaimana saya bisa berkontribusi, daripada mendengarkan omongan orang lain karena saya yakin bahwa persyaratan di tempat kerja adalah sama. Tidak ada perbedaan. Jadi semua orang memulai dari dasar yang sama," papar dia dalam Top Women Fest CNBC Indonesia 2025, Sabtu (24/5/2025).

Dunia pertambangan kini perlahan membuka ruang bagi kepemimpinan dan kontribusi perempuan di berbagai lini, mulai dari pengambilan keputusan strategis hingga pengelolaan teknis di lapangan.

Kenyataannya, semakin banyak posisi di industri ini yang dapat diisi oleh kaum perempuan. Untuk itu, Melati menambahkan bahwa stereotip yang sering menjadi isu perlu dilawan oleh diri sendiri.

"Menurut saya, semua orang memiliki kesempatan untuk berkompetisi yang sama. Namun, stereotip itu harus kita kalahkan dengan diri kita sendiri," tegas Melati.

Melati, yang akrab disapa Memel, membuktikan bahwa jika memiliki kemampuan, perempuan juga bisa bersaing dengan laki-laki di sektor pertambangan.

Dengan pengalaman yang luas dan pendekatan kepemimpinan yang inovatif, ia menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya mampu bersaing di sektor berat seperti pertambangan, tetapi juga dapat memimpin transformasi strategis di dalamnya.

Perannya menjadi bukti bahwa inklusi gender dalam industri tambang bukan sekadar simbolik, melainkan kebutuhan nyata dalam membangun industri nasional yang kompetitif dan berkelanjutan.

Lahir dari latar belakang teknik metalurgi, ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Indonesia pada tahun 1999, kemudian melanjutkan studi magister di bidang Manajemen Strategis di Universitas Gadjah Mada pada 2007.

Sejak awal, Melati menunjukkan ketertarikan yang kuat pada industri manufaktur dan energi, dua sektor yang selama ini identik dengan dominasi laki-laki.

Kariernya berkembang pesat melalui berbagai posisi strategis di perusahaan besar, mulai dari sektor baja, gas, hingga kelistrikan. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Komersial PT Perusahaan Gas Negara LNG Indonesia (2017-2019), dan Direktur Komersial PT Krakatau Steel (2020-2023).

Tidak hanya itu, ia juga dipercaya menjadi Komisaris Utama dan Komisaris di sejumlah anak perusahaan Krakatau Steel, termasuk PT Krakatau Osaka Steel, PT Krakatau Daya Listrik, hingga PT KHI Pipe Industries. Posisi-posisi tersebut menunjukkan kemampuannya yang mumpuni dalam mengelola bisnis strategis di sektor energi dan industri dasar nasional.

Di perusahaan tambang dan pengolahan aluminium terbesar di Indonesia ini, Melati membawa visi jangka panjang untuk memperkuat hilirisasi dan mengembangkan ekosistem industri berbasis logam strategis. Ia juga mendorong sinergi antar-industri dalam mendukung transisi energi, termasuk pembangunan ekosistem kendaraan listrik melalui kolaborasi lintas sektor.

Di balik pencapaiannya, Melati tetap membumi. Ia mengungkapkan bahwa kekuatannya sebagai pemimpin justru berasal dari rasa cinta terhadap pekerjaannya, sebuah motivasi sederhana namun mendalam yang mengubah stigma terhadap peran perempuan di sektor teknik.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.