Kawasan industri pertambangan nikel memiliki metode khusus dalam pengelolaan air limpasan tambang. Pengelolaan air ini sangat penting untuk memastikan bahwa lingkungan sekitar, termasuk badan air di sekitarnya, tetap dalam kondisi sehat. Proses pengelolaan air limpasan tambang dapat dilakukan melalui beberapa tahap yang berbeda. Salah satu metode yang umum digunakan adalah pengendapan sedimen. Menurut T. Yan W. M. Iskandarsyah, seorang ahli geologi lingkungan dari Unpad, metode terbaik untuk pengolahan air adalah dengan sistem pengendapan sedimen. Proses ini melibatkan pembuatan beberapa kolam pengendapan yang dirancang dengan mempertimbangkan kemiringan hidrolika dan arah aliran air. Dengan demikian, air sisa dari proses pengolahan akan dialirkan ke kolam, kemudian diperlakukan agar tidak keruh dan bebas dari zat berbahaya. "Tentunya, ukuran dan jumlah kolam harus disesuaikan dengan hasil analisis hidrologi, dengan perhitungan bahwa di bagian keluaran kolam terakhir, air sudah siap untuk dilepaskan ke lingkungan sekitarnya," jelas Yan kepada kumparan, Kamis (10/4). Ia menambahkan bahwa metode pengendapan ini dianggap sebagai cara yang paling efisien dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan kondisi alami di sekitarnya. "Secara teori, metode ini dapat mengurangi kadar kontaminan dari hasil tambang hingga 75 persen. Namun, dalam praktiknya, sering kali desain yang dibuat tidak tepat dan tidak mempertimbangkan kondisi geomorfologi serta hidrologi daerah tersebut," ujar Yan. Meskipun demikian, metode ini masih berpotensi menimbulkan kontaminasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, air limpasan tambang akan dipulihkan dengan bantuan vegetasi tertentu dan penambahan bahan kimia. "Pada dasarnya, air yang dibuang harus memenuhi standar kualitas air yang ditetapkan oleh pemerintah atau setidaknya mendekati kondisi awal lingkungan sebelum aktivitas tambang dilakukan," jelas Yan. Salah satu perusahaan nikel yang menerapkan metode pengendapan ini adalah Harita Nickel, sebuah perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel yang berkelanjutan di Pulau Obi, Maluku Utara. Dengan sekitar 52 kolam pengendapan, Harita Nickel mengelola kekeruhan air limpasan tambang. Menurut Environmental Superintendent Harita Nickel, Indra Maizar, tahapan yang harus dilalui oleh air limpasan tambang di kolam adalah penambahan bahan koagulan dan flokulan. "Ini dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas air limpasan memenuhi standar mutu dan aman bagi lingkungan," kata Indra saat kunjungan kumparan ke Harita Nickel beberapa waktu lalu. Air yang telah dilepaskan ini mengalir ke perairan Kawasi, Pulau Obi. Kualitas air laut juga menjadi fokus perhatian Harita Nickel. Perusahaan telah mengambil berbagai langkah, mulai dari pemantauan rutin dengan pengujian sampel air hingga upaya menjaga kelestarian biota laut. Sementara itu, Wakil Kepala Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (HSE) Harita Nickel, Muharwan Syahroni, menjelaskan bahwa ada beberapa parameter yang diuji. Selama pemantauan, hasilnya sesuai dengan dokumen RKL/RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup), persetujuan teknis, dan sertifikat layak operasi (SLO). "Oleh karena itu, kami selalu mematuhi standar mutu lingkungan dan kualitas air, baik di laut maupun di titik pemantauan yang terletak di darat," tegas Muharwan. Pernyataan Muharwan ini sejalan dengan kondisi perairan Laut Kawasi saat kumparan mengunjungi beberapa waktu lalu bersama tim Environmental Marine Harita Nickel. Hasil pemeriksaan menunjukkan suhu sesuai dengan standar mutu, yaitu 30, dan turbiditas (kekeruhan) yang rendah, menandakan bahwa perairan masih bersih. Kondisi perairan Kawasi yang baik juga didukung oleh keadaan karang yang masih alami, dengan ditemukannya berbagai jenis biota laut. Dengan pengelolaan air limpasan tambang yang baik ini, diharapkan air yang dilepaskan ke lingkungan, baik sungai maupun laut, memenuhi standar mutu, sehingga mendukung kelestarian alam dan kehidupan masyarakat di sekitar tambang.