Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menyatakan bahwa Indonesia harus mendorong investasi meskipun memiliki ekonomi domestik yang solid. Ia menegaskan bahwa Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan investasi dan proyek strategis. "Kita telah melihat kekuatan ekonomi domestik kita. Ekspor kita tetap stabil. Namun, penting untuk mendorong investasi. Oleh karena itu, Danantara akan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan investasi dan proyek strategis," ungkap Anggito dalam acara Fitch on Indonesia 2025, di St. Regis, Rabu (7/5/2025). Ia menjelaskan bahwa dana kekayaan negara akan dikonsolidasikan di Danantara. Menurut Anggito, Danantara akan mulai mempersiapkan diri untuk menangani proyek-proyek strategis. "Saya percaya tata kelola dan kepemimpinannya sudah ada. Saat ini, mereka sedang berupaya mengorganisasi diri untuk menemukan proyek yang baik sebagai langkah awal. Kami telah melihat daftar proyek strategis yang akan dipertimbangkan oleh Danantara. Danantara adalah mitra komersial kami, sehingga mereka menargetkan pengembalian aset dan laba atas investasi," jelasnya. Ia juga menekankan bahwa Danantara merupakan program dalam anggaran negara dan bukan program baru. "Ini adalah program dalam anggaran. Ini bukan anggaran luar. Ini bukan program baru, melainkan program yang sedang dirancang di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto, yang berusaha untuk mengalokasikan kembali anggaran. Program ini sudah ada dalam anggaran, tetapi kami mencetak ulang dan merealokasikan karena efisiensi yang dihasilkan," tutup Anggito. Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menekankan pentingnya keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia). Penekanan tersebut disampaikan Prabowo saat memberikan arahan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, yang dikutip pada Rabu (7/5/2025). "Saudara-saudara, Danantara ini adalah sesuatu yang luar biasa, yang mungkin tidak kita sadari bahwa kita memiliki kekayaan yang begitu besar. Setelah melakukan konsolidasi, kita terkejut mengetahui bahwa aset yang kita kelola mencapai US$ 982 miliar. Namun, kita bersikap konservatif dan menyebutnya sekitar US$ 900 miliar sebagai aset yang dikelola, meskipun ada berbagai jenis aset seperti saham dan lainnya yang juga dikelola. Tiba-tiba kita menyadari bahwa masih ada aset lain yang belum terhitung," ujarnya. Prabowo memberikan contoh Kompleks Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta Pusat. Kepala negara tersebut mengungkapkan bahwa seorang pengusaha memberitahunya sepuluh tahun lalu bahwa nilai kompleks tersebut mencapai US$ 25 miliar. "Jadi, saat ini mungkin nilainya telah meningkat menjadi sekitar US$ 30 miliar, bukan, Pak Rosan (CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani)? Dengan demikian, total aset kita menjadi US$ 982 miliar ditambah US$ 30 miliar, sehingga kita telah melampaui US$ 1 triliun," kata Prabowo.