ANTARA/Wahdi Septiawan

Indonesia Merupakan Negara Ketiga Terbesar Di Dunia Dalam Menghasilkan Emisi Metana Dari Tambang Batu Bara

Kamis, 08 Mei 2025

Indonesia menduduki posisi ketiga di dunia dalam hal emisi metana yang dihasilkan oleh sektor pertambangan batu bara. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru dari Global Methane Tracker yang diterbitkan oleh Badan Energi Internasional (IEA). IEA melaporkan bahwa pada tahun 2024, tambang batu bara di Indonesia akan mengeluarkan 2,4 juta ton metana ke atmosfer, yang setara dengan dampak iklim dari 198 juta ton karbon dioksida—sekitar 26 persen lebih tinggi dibandingkan emisi dari seluruh sektor transportasi Indonesia pada tahun 2019. Dalam pernyataannya pada Rabu (7/5/2025), lembaga riset energi dan iklim Ember menekankan adanya perbedaan signifikan antara temuan IEA dan data resmi Indonesia yang disampaikan kepada UNFCCC pada tahun 2019, yang hanya mencatat 0,1 juta ton. Perbedaan ini dianggap sebagai indikasi lemahnya pelaporan emisi metana di tingkat nasional. "Badan Energi Internasional menempatkan Indonesia sebagai penghasil emisi metana dari tambang batu bara terbesar ketiga, setelah Tiongkok dan Rusia. Emisi yang dilaporkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan kenyataannya, dengan intensitas metana 12,5 kali lebih tinggi daripada faktor emisi yang digunakan oleh pemerintah," kata Analis Iklim dan Energi Ember Indonesia, Dody Setiawan.

Dody menyatakan bahwa Indonesia harus segera melakukan pengukuran emisi dari tambang batu bara dengan akurat dan mengembangkan faktor emisi yang spesifik untuk setiap daerah. Ia juga menekankan bahwa metode estimasi yang saat ini digunakan oleh pemerintah sudah ketinggalan zaman dan tidak mencerminkan kondisi di lapangan. Ember mendorong Indonesia untuk memperbaiki sistem pemantauan emisi metana sebagai bagian dari komitmen terhadap Global Methane Pledge. Dengan data yang lebih tepat, perusahaan tambang dapat melaporkan emisi mereka dengan transparan dan menerapkan langkah-langkah mitigasi yang sesuai. IEA dalam laporannya menegaskan bahwa tidak diperlukan teknologi canggih untuk secara signifikan mengurangi emisi metana. Langkah-langkah pengurangan dapat dilakukan segera dengan biaya yang relatif rendah. IEA juga mengingatkan bahwa metana bertanggung jawab atas sekitar 30 persen peningkatan suhu global sejak era industri. Karena metana hanya bertahan sekitar 12 tahun di atmosfer—berbeda dengan karbon dioksida yang dapat bertahan selama berabad-abad—penurunan emisi metana dapat memberikan dampak yang cepat dalam mengatasi pemanasan global. Selain itu, metana juga berkontribusi pada pembentukan ozon di lapisan troposfer, yang merupakan polutan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, berbeda dengan ozon di stratosfer yang melindungi bumi dari radiasi ultraviolet.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.