Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan berupaya untuk mengakomodasi aspirasi serta kepentingan semua pihak dalam rangka bersama-sama menyelesaikan masalah sampah di Indonesia. Sejalan dengan itu, mereka berpartisipasi dalam Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) bersama International Finance Corporation (IFC) dengan tema "Implementasi Waste to Energy untuk Mengatasi Kedaruratan Sampah" yang berlangsung di Kantor IFC, Jakarta, pada hari Rabu. "Kami berharap bahwa dalam merumuskan kebijakan yang berlaku secara nasional, berbagai kepentingan dan aspirasi dari rekan-rekan di daerah dapat terakomodasi," ungkap Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur berperan sebagai inisiator dan pemangku kepentingan utama dalam kerjasama dengan International Finance Corporation (IFC), yang merupakan bagian dari World Bank Group, untuk mencari solusi dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Menko AHY menyatakan, "Setelah ini, kita akan melanjutkan diskusi dan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan kepada semua pihak." Mengenai dana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah di Indonesia, pihaknya masih akan melakukan perhitungan bersama Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terkait skala yang diperlukan, mencakup berbagai aspek. "Pengelolaan sampah harus dilakukan dari hulu ke hilir, termasuk penyediaan tempat pembuangan sampah sementara dan tempat pembuangan akhir. Kita harus berusaha mengurangi sampah dan juga memilahnya," tambah Menko AHY. Menko AHY menjelaskan peran Kemenko Infrastruktur dalam pengelolaan sampah di Indonesia, yaitu menyediakan infrastruktur untuk pengolahan sampah yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Namun, untuk merealisasikan rencana tersebut, masih diperlukan beberapa langkah yang harus dilalui, termasuk penguatan regulasi di Indonesia. Selain itu, pemanfaatan sampah sebagai sumber energi listrik merupakan salah satu solusi yang telah diterapkan oleh beberapa negara di dunia. "Kita juga perlu memilih teknologi yang sesuai dengan sasaran. Tidak semua harus menggunakan teknologi canggih, karena harus disesuaikan dengan skala yang ada," ungkap Menko AHY.